Thursday 1 November 2018

Gravitasi


GRAVITASI

Kematian adalah gravitasi, hidup yang melayang-layang akan ditarik untuk menjejak bumi—bahkan meliang di lubang-lubang pemakaman.

Manusia bisa berjalan, berlari, bahkan terbang melintasi batas cakrawala, namun pada akhirnya kematian akan menarik kita semua ke garis takdir yang tak bisa kita elakkan.

Hari ini, gravitasi itu menarik 178 penumpang dewasa, 1 anak-anak, 2 bayi, 5 kru pesawat dan 2 orang pilot yang semula terbang dengan pesawat Lion Air JT610.

Di atas pesawat yang oleng, di luar ruang kendali udara, pesawat mengalami turbulensi hebat. Ruang kabin menjadi gelap. Isak tangis dan teriakan. Pekik takbir, tahlil, dan lirih suara seorang ibu membaca ayat kursi, tak bisa menahan gravitasi kematian yang dahsyat itu.

Pesawat itu jatuh di laut dangkal. 10 menit saja dari waktu lepas landas. Menabrak angin, menabrak air, menabrak batu yang tak menyisakan satu nyawapun untuk selamat. Sementara kita tak bisa berbuat apa-apa, manusia tak punya cukup pengetahuan tentang maut yang gaib.

Di permukaan, cerita sedih membuat dada kita sesak. Perih. Tak terpermaknai. Seperti hati disayat sembilu. Kekasih yang menangis, keluarga yang kehilangan pelukan. Gravitasi yang sama, seketika menimba air mata untuk jatuh menerjuni tebing-tebing pipi kita. Betapa jauh Tuhan dari dada dan hidup kita selama ini, betapa dekat kematian.

Tetapi, izinkan hamba berdoa. Semoga diri belum terlanjur nista. Semoga nyawa-nyawa yang pergi dalam musibah ini diberi pengampunan, diterima ruh suci mereka di haribaan. Juga untuk keluarga yang ditinggalkan, semoga mereka ditabahkan, dikuatkan, diberi segala kelapangan setelah semua gelap yang meremukkan dada.

Untuk kita, semoga menjadi pengingat. Bahwa kita tak punya kendali apapun atas waktu, tak bisa membuat maut menunggu.

FAHD PAHDEPIE

No comments:

Post a Comment